makalah paradigma penelitian dan hakikat metode ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan
peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari. Seorang peneliti sebelum menentukan apa yang harus
diteliti hendaknya mengetahui terlebih dahulu paradigma penelitian yang sesuai
dengan pokok bahasan penelitiannya sehingga dapat mempermudahkan peneliti dalam
melakuakan penelitian.
Cara pandang seseorang dalam menentukan objek penelitian itu
berbeda-beda sehingga antara satu peneliti dengan peneliti yang lain memeliki
pola pikir yang berbeda pula tentang apa yang akan mereka teliti. Sehingga
dalam penelitian seorang peneliti harus tahu apa yang harus dibahasa, apa yang
harus dijawab dan bagaimana cara melakukan penelitian tersebut.
Metode Ilmiah
merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematik untuk mendapatkan
pengetahuan dan ilmu, sebagaimana ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan.
Dalam metode ilmiah ini akan dijelaskan bagaimana langkah-langkah yang harus
dipahami agar mendapatkan ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Setelah
diamati bahwa banyak dari kita yang tidak paham apa itu paradigma penelitian
dan seperti apa metode ilmiah maka makalah ini akan menjelasakan paradigma
penelitian dan hakikat metode ilmiah.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkanlatar
belakang di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berkut:
1.
Apa saja jenis-jenis paradigma
penelitian ?
2.
Bagaimana hakikat metode ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Paradigma Penelitian
1.
Pengertian
Paradigma
Paradigma dari
segi bahasa adalah cara pandang, pola pikir atau kerangka berpikir.[1]
Atau cara melihat suatu fenomena dan fakta-fakta sekitar kita. Secara difinisi paradigma merupakan kerangka berpikir
yang menjelaskan bagiamana pandangan peniliti terhadap ilmu yang diperoleh.
Jadi dalam hal ini seorang peneliti dapat mengunakan paradigmanya dalam
menetukan apa yang harus diteliti dan metode apa saja harus digunakan.
Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Khun tahun 1996
sebagai “bangunan” yang mencangkup seluruh konstelasi kepercayaan-kepercayaan,
nilai-nilai dan konsep-konsep yang dipedomani oleh komunitasa ilmiah.[2]
Lebih lanjutnya, Rizer tahun 2001 merinci bahwa paradigma sebagai gambaran
tentang pokok bahasan yang lebih fundamental dalam suatau ilmu pengetahuan,
memberikan batasan apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus ditanyakan,
bagaimana harus ditanyakan dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam
menginterprestasikan jawaban-jawaban yang diperoleh.[3]
Demikian pula Neuman tahun 1994 menjelaskan paradigma mencangkup asumsi-asumsi
dasar, pertanyaan-pertanyaan penting yang akan dijawab atau masalah yang hendak
diselesaikan, dan teknik-teknik yang digunakan. Singkatnya paradigma adalah
suatu kepercayaan dasar yang berhubungan dengan prinsip pokok.
2.
Pengetian
Penelitian
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata teliti
berati cermat, seksama, hati-hati. Meneliti adalah memerikasa dengan cermat. Peneliti
adalah orang yang meneliti. Dalam bahasa Inggris, Penelitian dikenal dengan
istilah research. Dalam epistemologi yaitu penyelidikan dengan hati-hati
dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang
amat cermat untuk menetapkan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa arab disebut al-bahatsu
yang artinya mencari, meneliti.[4]
Menurut
Hillway riset atau penelitian berarti metode yang dilakukan seseorang melalui
penyelidik yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut.
Menurut Whitney mengutip dari beberapa definisi tentang
penelitian:
a.
Penelitian
adalah pencairan atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencairan ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
b.
Penelitian
merupakan metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran
kritis.
c.
Penelitian
adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan
hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.[5]
Berdasarkan
kutipan-kutipan diatas maka disimpulkan bahwa penelitian adalah kegiatan untuk mengkaji
kembali suatu masalah, teori, hukum dan lain-lain dengan langkah-langkah ilmiah
untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas serta manfaat dari sesuatu yang
diteliti tesebut.
3.
Jenis-jenis
paradigma penelitian
Setelah mengetahui makna dari paradigma dan penelitian maka dapat
disimpulkan paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan
peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan
yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari.
Ada beberapa aliran filsafat yang dijadikan para ilmuan sebagai
paradigma penelitian diantaranya yaitu positvisme dan postpositivisme/fenomologis
yang mana diantara aliran filsafat tersubut akan menjadi suatu paradigma yang
dapat menetukan seorang peneliti dalam memilih metode penelitian yang akan
diteliti.
Paradigma positivisme, menganggap realitas itu betul-betul ada
secara nyata, dan dapat diselidiki secara terpisah. Penelitian dan objek yang
diteliti adalah independent dan peneliti mampu tanpa mempengaruhi objek atau
dipengaruhi oleh keadaan. Cara menelitinya bisa dengan percobaan atau
menipulasi, sehingga dapat dikontrol objektivitasnya.
Paradigma postpositivsme mengakui tentang realitas objektif, akan
tetapi pengertiannya tidak dapat ditangkap secara sempurna dan mengandung serba
kemungkinan, karena kelemahan intelektual manusia dan fenomena alam yang mudah
berubah. Oleh karena itu perlu keterlibatan subjektif untuk memudahkan memahami
realitas sedekat mungkin dengan kenyataan yang sesungguhnya (metodelogi
kualitatif).[6]
Maka dalam hal ini paradigma penelitian dibagi menjadi dua :
a.
Paradigma
penelitian kuantitatif
Paradigma
ilmiah sebagai pijakan penelitian kuantitatif bersumber dari pandangan
positivisme. Positivisme berakar dari pandangan teoritis Auguste Comte dan
Emile Durkhem pada abad ke 19 dan awal
abad 20. Para positivis mencarai fakta penyebab fenomena sosial, dan kurang mempertimbangkan
keadaan subjektif individu.
b.
Paradigma
penelitian kualitatif
Paradigma
alamiah sebagai pijakan penlitian kualitatif besumber dari pandangan
postpositivsme/femenologisme. Paradiga alamiah bersumber mula-mula dari
pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher. Femenolgisme berusaha
memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak
orang-orang itu.
Paradigma
kualitatif merencanakan pendekatan humanistik
untuk memehami realitas sosial, memberikan tekanan pada pandangan
terbuka tentang kehidupan sosial. Kehidupan sosial dipandang sebagai
kreativitas bersama individu-individu
Bedasarkan
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif dan
kuantitatif bukan hanya sekedar dibedakan dalam cara pengumpulan dan
pengelolaan datanya, melainkan keduanya berbeda secara konseptual dalam melihat
dunia. Paradigma kuantitatif melihat dunia sebagai gabungan variabel, paradigma
kualitatif melihat dunia sebagai suatu kebulatan.[7]
Tabel 2.1
Perbandingan paradigma kuantitatif dan kualitatif
No
|
Paradigma
Kualitatif
|
Paradigma
Kuantitatif
|
1
|
Menganjurkan penggunaan
Metode kualitatif
|
Menganjurkan penggunaan
Metode kualitatif
|
2
|
Fenomelogisme dan verstehen
|
Logika positivisme. Melihat fakta
Atau causal fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi
pernyataan subjektif
individu-individu.
|
3
|
Observasinya tidak terkontral
|
Pengukuran terkontral
|
4
|
Subjektif
|
Objektif
|
5
|
Dekat dengan data: merupakan persepektif insider
|
Jauh dari data: merupakan persepektif outsider
|
6
|
Proses
|
Hasil
|
B.
Hakikat Metode
Ilmiah
1. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah terdiri dari dua kata yaitu “ metode” dan “ilmiah”. Berikut
ini penjelasan arti kata tersebut.
a.
Metode
Kata metode
berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya cara
atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode,
antara lain :
1)
Metode adalah teknik atau prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian atau hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001). [8]
2)
Metode adalah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.[9]
Menurut
Aristoteles, metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada dua, yaitu (1) induksi
intuitif ialah mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan
universal); dan (2) deduksi (silogisme)ialah mulai dari
pengetahuan universal menuju fakta-fakta.[11]
b.
Ilmiah adalah proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik.
2. Hakikat metode
ilmiah
Hakikat adalah suatu kenyataan yang sebenarnya
atau sesungguhnya sedangkan metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu
untuk memperoleh sesuatu interelasi.[12]
Metode Ilmiah
merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematik untuk mendapatkan
pengetahuan dan ilmu, sebagaimana ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan
melalui metode ilmiah. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan ini
adalah sebagai berikut:
a.
Mencari, merumuskan dan
mengidentifikasi masalah
b.
Menyusun kerangka pikiran (logical
construct)
c.
Merumuskan hipotesis (jawaban
rasional terhadap masalah)
d.
Menguji hipotesis secara empirik
e.
Melakukan pembahasan
Metode ilmiah merupakan proses
keilmuan untuk memeproleh pengetahuan-pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis yang ada dan
sangat jelas. Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode
ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis. Intinya bahwa
metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah, maka
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran, seperti apakah yang
dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/ begitu, seberapa jauh,
bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.[14]
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Metode ilmiah merupakan suatu
cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan
terkontrol.[15]
Kreteria metode ilmiah:
1. Berdasarkan
data dan fakta
Semua keterangan dan penjelasan
yang ingin diperoleh dalam penelitian
untuk keperluan analisis haruslah
berdasarkan data-data di lapangan yang orisinil atau asli fakta-fakta yang
nyata. Tidak diperkenankan sama sekali keterangan dan penjelasan yang didapat
adalah berdasarkan perkiraan, mitos, kemungkinan-kemungkinan dan sebagainya.
Bila hal ini dilakukan maka hasilnya tetunya bukan lagi sebuah kebenaran
ilmiah, dan tentu saja cara yang seperti ini juga bukan merupakan suatu cara
yang dapat disebut sebagai metode ilmiah.
2. Tidak ada
prasangka
Cara yang ditempuh untuk mencari
kebenaran atau pengetahuan harus bersifat bebas dari adanya prasangka di
dalamnya. Semua pertimbangan harus dilakukan dengan pikiran jernih tanpa ada
pertimbangan yang subyektif. Pembuktian
dan pengambilan kesimpulan harus didasarkan pada fakta dan penjelasan atau
bukti yang nyata dan objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang
diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal
tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Terdapat analisis
Semua data dan fakta yang telah diperoleh
harus diberi penjelasan yang kuat dan memedai, tidak cukup hanya diberikan
deskripsi atau gambaran singkat saja, agar mudah dipahami dan member manfaat
atau makna serta berkontribusi terhadap pengembangan pengetahuan. Semua data,
fakta atau fenomena harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya menggunakan
analisis yang logis, padat, cermat dan tajam. Sebagai contoh apabila ada
seorang peneliti yang melakukan penelitian dengan membandingkan kemampuan suatu
bakteri dalam menghidrolisis suatu senyawa pada lingkungan dengan suhu berbeda,
dan didapatkan pada suhu lebih tinggi kemampuannya lebih optimal, maka tidak
cukup bagi peneliti tersebut apabila hanya menampilkan suatu grafik yang
menunjukan bahwa pada suhu tinggi hasil reaksi hidrolisis lebih banyak. Sebagai
penelitian yang harus memenuhi criteria metode ilmiah, maka peneliti tersebut
harus menganalisis fenomena tersebut dengan tajam.
4. Terdapat hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari
rumusan masalah yang akan diteliti. Dengan adanya hipotesis ini peneliti
dituntut dalam proses berpikir secara analisis. Semua yang akan dilakukan
menggunakan tuntuunan hipotesis tersebut. Tidak berarti dan tidak selalu bahwa
hipotesis selalu benar dan sesuai dengan data fakta di akhir penelitian
nanntinya. Namun justru dengan itulah peneliti mempunyai panduan agar sampai
kea rah sasaran dan tujuan yang tepat.
5.
Objektif
Seorang peneliti harus
selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang
tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan
penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak
berdasarkan perasaan.
6.
Menggunakan teknik kuantifikasi.
Dalam perlakuan
terhadap data yang diperoleh terutama angka-angka dari suatu harga yang
mempunyai besaran tertentu harus mempergunakan ukuran-ukuran kuantitatif yang
telah lazim, seperti misalnya derajat Celcius untuk ukuran atau satuan
temperature. Dalam laporan atau penulisan ukuaran atau satuan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan singkatan yang telah lazim, misalnya kg untuk
kilogram dan sebagainya. Ukuran-ukuran yang tidak terkuantifikasi harus
dihindari, seperti misalnya, sejauh mata memandang untuk ukuran jarak dan
sebagainya.[16]
Kemudian Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh
tahap, yaitu :
1.
Merumuskan masalah.
Masalah adalah sesuatu yang harus
diselesaikan.
2.
Mengumpulkan keterangan
yaitu segala informasi yang mengarah dan
dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian
pustaka.
3.
Menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara
yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi
atau telaah pustaka.
4.
Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan
atau penelitian.
5.
Mengolah data (hasil) percobaan dengan
menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian
dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas
ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan
memberikan hasil yang sama).
6.
Menguji kesimpulan.
Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis
melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa
mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan
menjadi teori.
7.
Menulis laporan Ilmiah.
Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian
kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu
penelitian ilmiah.[17]
Selanjutnya metode ilmiah harus didasari oleh sikap
ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan.
Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1.
Rasa ingin tahu
2.
Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan
tidak mengada-ada)
3.
Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak
dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4.
Tekun (tidak putus asa)
5.
Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan
kesalahan)
6.
Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari
orang lain)[18]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan peneliti
terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari. Paradigma penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu
a.
Paradigma
penelitian kuantitatif yang berpandangan pada positivisme bawha segala seuatu
itu real dan sesuai dengan keilmian ilmu pengetahuan maka dari itu penelitian
ini dapat dilihat oleh pnca indra dan dapat diukur dengan mengunakan beberapa
variabel
b.
Paradigma
penelitian kualitatif yang berpandangan kepada postpositivisme
atau fenemologisme yang menyatakan bahwa penelitian itu harus dikaji sedalam-dalamnya dengan cara pendekatan kemanusian atau hunamistis sehingga apa yang diteliti dapat diperoleh dengan sempurna.
atau fenemologisme yang menyatakan bahwa penelitian itu harus dikaji sedalam-dalamnya dengan cara pendekatan kemanusian atau hunamistis sehingga apa yang diteliti dapat diperoleh dengan sempurna.
2.
Metode
ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis yang ada dan sangat jelas. Cara untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis.
Kriterianya
yaitu:
a.
Berdasarkan
fakta
b.
Tidak
ada prasangka
c.
Terdapat
analisis
d.
Terdapat
hipotesis
e.
Objektif
f.
Mengunakan
teknik kuantifikasi
Tahapan
metode ilmiah:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengumpulkan keterangan
c. Menyusun hipotesis.
d. Menguji hipotesis dengan melakukan
percobaan atau penelitian.
b.
Mengolah data (hasil) percobaan
c.
Menguji kesimpulan.
d.
Menulis laporan Ilmiah.
sikap ilmiah:
a.
Rasa ingin tahu
b.
Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan
tidak mengada-ada)
c.
Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak
dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
d.
Tekun (tidak putus asa)
e.
Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan
kesalahan)
f.
Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari
orang lain)
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori
dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Kasiram ,Moh. Metodelogi
Penelitian Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodelogi Penelitian. Malang
PT UIN Malang Press 2008
Narbuko, Cholid
dan H. Abu Achmadi. Metodeologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Nuraida, Alkaf
Halid. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Ciputat: PT Islamic Research
Publishing 2009
Sarosa,
Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012
Subyantoro,
Arief dan FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2007
Suharjito,Didik.
Pengantar Metodelogi Penelitian. Bogor: PT Penerbit IPB, 2014
Sukamto. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbitan Universitas Widyagama,
2016
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu, Bandung, Remaja
Rosdakarya,2009
Widi, Restu
Kartiko, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010
[1] Kamus besar bahasa indonesia
[2] Didik Suharjito. Pengantar
Metodelogi Penelitian. (Bogor: PT Penerbit IPB, 2014). Hlm 21
[3] Didik Suharjito. Pengantar
Metodelogi Penelitian. (Bogor: PT Penerbit IPB, 2014). Hlm 22
[4] Nuraida, Halid Alkaf. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. (Ciputat: PT Islamic Research Publishing 2009).,hlm.
2
[5] Nuraida, Halid Alkaf. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. (Ciputat: PT Islamic Research Publishing 2009).,hlm.
3
[6] Moh. Kasiram. Metodelogi
Penelitian Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodelogi Penelitian. (Malang
PT UIN Malang Press 2008)., hlm 78-79
[7] Nuraida Halid Alkaf. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. (Ciputat Penerbit Islamic Research Publishing,
2009)., hlm 33-37
[8] Samiaji Sarosa, Penelitian
Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), hlm. 5
[9] Arief Subyantoro dan FX.
Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2007) hlm. 30
[10] Cholid
Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodeologi Penelitian , (Jakarta : Bumi
Aksara, 2007), hlm. 1
[11] Imam Gunawan, Metode
Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hlm.
16
[12] Ahmad
Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung, Remaja Rosdakarya,2009), hlm. 10
[13] Arief Subyantoro dan FX.
Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2007) hlm. 30
[14] Restu Kartiko Widi, Asas
Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 33
[15] Sukamto. Metode Penulisan
Karya Ilmiah. (Malang: Penerbit Universitas Widyagama, 2016)., hlm 7
[16] Restu Kartiko Widi, Asas
Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 33-35
[17] Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Penerbitan
Universitas Widyagama, 2016), hlm. 7 - 8
[18] Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Penerbitan
Universitas Widyagama, 2016), hlm. 9
Bagus sekali
BalasHapus