makalah paradigma penelitian dan hakikat metode ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Seorang peneliti sebelum menentukan apa yang harus diteliti hendaknya mengetahui terlebih dahulu paradigma penelitian yang sesuai dengan pokok bahasan penelitiannya sehingga dapat mempermudahkan peneliti dalam melakuakan penelitian.
Cara pandang seseorang dalam menentukan objek penelitian itu berbeda-beda sehingga antara satu peneliti dengan peneliti yang lain memeliki pola pikir yang berbeda pula tentang apa yang akan mereka teliti. Sehingga dalam penelitian seorang peneliti harus tahu apa yang harus dibahasa, apa yang harus dijawab dan bagaimana cara melakukan penelitian tersebut.
Metode Ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematik untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu, sebagaimana ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan. Dalam metode ilmiah ini akan dijelaskan bagaimana langkah-langkah yang harus dipahami agar mendapatkan ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Setelah diamati bahwa banyak dari kita yang tidak paham apa itu paradigma penelitian dan seperti apa metode ilmiah maka makalah ini akan menjelasakan paradigma penelitian dan hakikat metode ilmiah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berkut:
1.      Apa saja jenis-jenis paradigma penelitian ?
2.      Bagaimana hakikat metode ilmiah ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Paradigma Penelitian
1.      Pengertian Paradigma
Paradigma dari segi bahasa adalah cara pandang, pola pikir atau kerangka berpikir.[1] Atau cara melihat suatu fenomena dan fakta-fakta sekitar kita. Secara  difinisi paradigma merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagiamana pandangan peniliti terhadap ilmu yang diperoleh. Jadi dalam hal ini seorang peneliti dapat mengunakan paradigmanya dalam menetukan apa yang harus diteliti dan metode apa saja harus digunakan.
Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Khun tahun 1996 sebagai “bangunan” yang mencangkup seluruh konstelasi kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai dan konsep-konsep yang dipedomani oleh komunitasa ilmiah.[2] Lebih lanjutnya, Rizer tahun 2001 merinci bahwa paradigma sebagai gambaran tentang pokok bahasan yang lebih fundamental dalam suatau ilmu pengetahuan, memberikan batasan apa yang harus dikaji, pertanyaan apa yang harus ditanyakan, bagaimana harus ditanyakan dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterprestasikan jawaban-jawaban yang diperoleh.[3] Demikian pula Neuman tahun 1994 menjelaskan paradigma mencangkup asumsi-asumsi dasar, pertanyaan-pertanyaan penting yang akan dijawab atau masalah yang hendak diselesaikan, dan teknik-teknik yang digunakan. Singkatnya paradigma adalah suatu kepercayaan dasar yang berhubungan dengan prinsip pokok.
2.      Pengetian Penelitian
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata teliti berati cermat, seksama, hati-hati. Meneliti adalah memerikasa dengan cermat. Peneliti adalah orang yang meneliti. Dalam bahasa Inggris, Penelitian dikenal dengan istilah research. Dalam epistemologi yaitu penyelidikan dengan hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang amat cermat untuk menetapkan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa arab disebut al-bahatsu yang artinya mencari, meneliti.[4]
Menurut Hillway riset atau penelitian berarti metode yang dilakukan seseorang melalui penyelidik yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut.
Menurut Whitney mengutip dari beberapa definisi tentang penelitian:   
a.       Penelitian adalah pencairan atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencairan ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
b.      Penelitian merupakan metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis.
c.       Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.[5]
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas maka disimpulkan bahwa penelitian adalah kegiatan untuk mengkaji kembali suatu masalah, teori, hukum dan lain-lain dengan langkah-langkah ilmiah untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas serta manfaat dari sesuatu yang diteliti tesebut.
3.      Jenis-jenis paradigma penelitian
Setelah mengetahui makna dari paradigma dan penelitian maka dapat disimpulkan paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Ada beberapa aliran filsafat yang dijadikan para ilmuan sebagai paradigma penelitian diantaranya yaitu positvisme dan postpositivisme/fenomologis yang mana diantara aliran filsafat tersubut akan menjadi suatu paradigma yang dapat menetukan seorang peneliti dalam memilih metode penelitian yang akan diteliti.
Paradigma positivisme, menganggap realitas itu betul-betul ada secara nyata, dan dapat diselidiki secara terpisah. Penelitian dan objek yang diteliti adalah independent dan peneliti mampu tanpa mempengaruhi objek atau dipengaruhi oleh keadaan. Cara menelitinya bisa dengan percobaan atau menipulasi, sehingga dapat dikontrol objektivitasnya.
Paradigma postpositivsme mengakui tentang realitas objektif, akan tetapi pengertiannya tidak dapat ditangkap secara sempurna dan mengandung serba kemungkinan, karena kelemahan intelektual manusia dan fenomena alam yang mudah berubah. Oleh karena itu perlu keterlibatan subjektif untuk memudahkan memahami realitas sedekat mungkin dengan kenyataan yang sesungguhnya (metodelogi kualitatif).[6] Maka dalam hal ini paradigma penelitian dibagi menjadi dua :
a.       Paradigma penelitian kuantitatif
Paradigma ilmiah sebagai pijakan penelitian kuantitatif bersumber dari pandangan positivisme. Positivisme berakar dari pandangan teoritis Auguste Comte dan Emile Durkhem pada abad ke 19  dan awal abad 20. Para positivis mencarai fakta penyebab fenomena sosial, dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektif individu.
b.      Paradigma penelitian kualitatif
Paradigma alamiah sebagai pijakan penlitian kualitatif besumber dari pandangan postpositivsme/femenologisme. Paradiga alamiah bersumber mula-mula dari pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher. Femenolgisme berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak orang-orang itu.
Paradigma kualitatif merencanakan pendekatan humanistik  untuk memehami realitas sosial, memberikan tekanan pada pandangan terbuka tentang kehidupan sosial. Kehidupan sosial dipandang sebagai kreativitas bersama individu-individu
Bedasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif dan kuantitatif bukan hanya sekedar dibedakan dalam cara pengumpulan dan pengelolaan datanya, melainkan keduanya berbeda secara konseptual dalam melihat dunia. Paradigma kuantitatif melihat dunia sebagai gabungan variabel, paradigma kualitatif melihat dunia sebagai suatu kebulatan.[7]

Tabel 2.1
Perbandingan paradigma kuantitatif dan kualitatif
No
Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
1
Menganjurkan penggunaan
Metode kualitatif
Menganjurkan penggunaan
Metode kualitatif
2
Fenomelogisme dan verstehen
Logika positivisme. Melihat fakta
Atau causal fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subjektif  individu-individu.
3
Observasinya tidak terkontral
Pengukuran terkontral
4
Subjektif
Objektif
5
Dekat dengan data: merupakan persepektif insider
Jauh dari data: merupakan persepektif outsider
6
Proses
Hasil

B.     Hakikat Metode Ilmiah
1.      Metode Ilmiah
Metode Ilmiah terdiri dari dua kata yaitu “ metode” dan “ilmiah”. Berikut ini penjelasan arti kata tersebut. 
a.       Metode
Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode, antara lain : 
1)      Metode adalah teknik atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian atau hipotesis (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001). [8]
2)      Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.[9]
3)      Metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.[10]
Menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada dua, yaitu (1) induksi intuitif ialah mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal); dan (2) deduksi (silogisme)ialah mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.[11]
b.      Ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik.
2.      Hakikat metode ilmiah
Hakikat adalah suatu kenyataan yang sebenarnya atau sesungguhnya sedangkan metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.[12]
Metode Ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematik untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu, sebagaimana ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan ini adalah sebagai berikut:
a.       Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
b.      Menyusun kerangka pikiran (logical construct)
c.       Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah)
d.      Menguji hipotesis secara empirik
e.       Melakukan pembahasan
f.       Menarik kesimpulan[13]
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memeproleh pengetahuan-pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis yang ada dan sangat jelas. Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah, maka pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran, seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/ begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.[14]
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.[15]

Kreteria metode ilmiah:
1.      Berdasarkan data dan fakta
Semua keterangan dan penjelasan yang ingin diperoleh dalam penelitian            untuk keperluan analisis  haruslah berdasarkan data-data di lapangan yang orisinil atau asli fakta-fakta yang nyata. Tidak diperkenankan sama sekali keterangan dan penjelasan yang didapat adalah berdasarkan perkiraan, mitos, kemungkinan-kemungkinan dan sebagainya. Bila hal ini dilakukan maka hasilnya tetunya bukan lagi sebuah kebenaran ilmiah, dan tentu saja cara yang seperti ini juga bukan merupakan suatu cara yang dapat disebut sebagai metode ilmiah.
2.      Tidak ada prasangka
Cara yang ditempuh untuk mencari kebenaran atau pengetahuan harus bersifat bebas dari adanya prasangka di dalamnya. Semua pertimbangan harus dilakukan dengan pikiran jernih tanpa ada pertimbangan yang subyektif. Pembuktian dan pengambilan kesimpulan harus didasarkan pada fakta dan penjelasan atau bukti yang nyata dan objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3.      Terdapat analisis
Semua data dan fakta yang telah diperoleh harus diberi penjelasan yang kuat dan memedai, tidak cukup hanya diberikan deskripsi atau gambaran singkat saja, agar mudah dipahami dan member manfaat atau makna serta berkontribusi terhadap pengembangan pengetahuan. Semua data, fakta atau fenomena harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya menggunakan analisis yang logis, padat, cermat dan tajam. Sebagai contoh apabila ada seorang peneliti yang melakukan penelitian dengan membandingkan kemampuan suatu bakteri dalam menghidrolisis suatu senyawa pada lingkungan dengan suhu berbeda, dan didapatkan pada suhu lebih tinggi kemampuannya lebih optimal, maka tidak cukup bagi peneliti tersebut apabila hanya menampilkan suatu grafik yang menunjukan bahwa pada suhu tinggi hasil reaksi hidrolisis lebih banyak. Sebagai penelitian yang harus memenuhi criteria metode ilmiah, maka peneliti tersebut harus menganalisis fenomena tersebut dengan tajam.
4.      Terdapat hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan diteliti. Dengan adanya hipotesis ini peneliti dituntut dalam proses berpikir secara analisis. Semua yang akan dilakukan menggunakan tuntuunan hipotesis tersebut. Tidak berarti dan tidak selalu bahwa hipotesis selalu benar dan sesuai dengan data fakta di akhir penelitian nanntinya. Namun justru dengan itulah peneliti mempunyai panduan agar sampai kea rah sasaran dan tujuan yang tepat.
5.      Objektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6.      Menggunakan teknik kuantifikasi.
Dalam perlakuan terhadap data yang diperoleh terutama angka-angka dari suatu harga yang mempunyai besaran tertentu harus mempergunakan ukuran-ukuran kuantitatif yang telah lazim, seperti misalnya derajat Celcius untuk ukuran atau satuan temperature. Dalam laporan atau penulisan ukuaran atau satuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan singkatan yang telah lazim, misalnya kg untuk kilogram dan sebagainya. Ukuran-ukuran yang tidak terkuantifikasi harus dihindari, seperti misalnya, sejauh mata memandang untuk ukuran jarak dan sebagainya.[16]

Kemudian Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh tahap, yaitu :
1.      Merumuskan masalah.
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2.      Mengumpulkan keterangan
yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3.      Menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4.      Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5.      Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6.      Menguji kesimpulan.
Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
7.      Menulis laporan Ilmiah.
Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu penelitian ilmiah.[17]

Selanjutnya metode ilmiah harus didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1.      Rasa ingin tahu
2.      Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3.      Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4.      Tekun (tidak putus asa)
5.      Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6.      Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)[18]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Paradigma penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu
a.       Paradigma penelitian kuantitatif yang berpandangan pada positivisme bawha segala seuatu itu real dan sesuai dengan keilmian ilmu pengetahuan maka dari itu penelitian ini dapat dilihat oleh pnca indra dan dapat diukur dengan mengunakan beberapa variabel
b.      Paradigma penelitian kualitatif yang berpandangan kepada postpositivisme
atau fenemologisme yang menyatakan bahwa penelitian itu harus dikaji sedalam-dalamnya dengan cara pendekatan kemanusian atau hunamistis sehingga apa yang diteliti dapat diperoleh dengan sempurna.
2.      Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis yang ada dan sangat jelas. Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis.
Kriterianya yaitu:
a.       Berdasarkan fakta
b.      Tidak ada prasangka
c.       Terdapat analisis
d.      Terdapat hipotesis
e.       Objektif
f.       Mengunakan teknik kuantifikasi
Tahapan metode ilmiah:
a.       Merumuskan masalah.
b.      Mengumpulkan keterangan
c.       Menyusun hipotesis.
d.      Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
b.      Mengolah data (hasil) percobaan
c.       Menguji kesimpulan.
d.      Menulis laporan Ilmiah.

sikap ilmiah:
a.       Rasa ingin tahu
b.      Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
c.       Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
d.      Tekun (tidak putus asa)
e.       Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
f.       Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)



















DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,  Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Kasiram ,Moh. Metodelogi Penelitian Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodelogi Penelitian. Malang PT UIN Malang Press 2008
Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. Metodeologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara,  2007.
Nuraida, Alkaf Halid. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Ciputat: PT Islamic Research Publishing 2009
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012
Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007
Suharjito,Didik. Pengantar Metodelogi Penelitian. Bogor: PT Penerbit IPB, 2014
Sukamto. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbitan Universitas Widyagama, 2016
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu, Bandung, Remaja Rosdakarya,2009
Widi, Restu Kartiko, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010



           





[1] Kamus besar bahasa indonesia    
[2] Didik Suharjito. Pengantar Metodelogi Penelitian. (Bogor: PT Penerbit IPB, 2014). Hlm 21
[3] Didik Suharjito. Pengantar Metodelogi Penelitian. (Bogor: PT Penerbit IPB, 2014). Hlm 22
[4] Nuraida, Halid Alkaf. Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Ciputat: PT Islamic Research Publishing 2009).,hlm. 2
[5] Nuraida, Halid Alkaf. Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Ciputat: PT Islamic Research Publishing 2009).,hlm. 3
[6] Moh. Kasiram. Metodelogi Penelitian Refleksi Pengembangan dan Penguasaan Metodelogi Penelitian. (Malang PT UIN Malang Press 2008)., hlm 78-79

[7] Nuraida Halid Alkaf. Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Ciputat Penerbit Islamic Research Publishing, 2009)., hlm 33-37
[8] Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), hlm. 5
[9] Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007) hlm. 30
[10] Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodeologi Penelitian , (Jakarta : Bumi Aksara,  2007), hlm. 1
[11] Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hlm. 16
[12] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung, Remaja Rosdakarya,2009), hlm. 10
[13] Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007) hlm. 30
[14] Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 33
[15] Sukamto. Metode Penulisan Karya Ilmiah. (Malang: Penerbit Universitas Widyagama, 2016)., hlm 7
[16] Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 33-35
[17] Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Penerbitan Universitas Widyagama, 2016), hlm. 7 - 8
[18] Sukamto, Metode Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Penerbitan Universitas Widyagama, 2016), hlm. 9

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini